Sabtu, 27 September 2014

Malacca, I'm in Love!

Pukul 04.00, malam telah larut, lampu pun telah padam. Di malam minggu yg selalu-seperti-biasanya ini, gw cuma duduk di kamar, menghabiskan film, dan mengobrol panjang lebar dengan teman-teman. Yap, rutinitas seorang jomblo. Sebenarnya gw udah beberapa menit yg lalu mematikan lampu kamar, menutup jendela, dan memasang posisi cakep di bawah selimut buat tidur kece. Tapi seperti biasa, fikiran-fikiran berterbangan di kepala gw, dialog-dialog kesendirian mengusik hening gw. Kadang beberapa gambar dan video hadir di kepala gw seperti slide show buatan dosen gw. Tapi kali ini, slide show itu membawa perasaan senang ke dalam hati gw. Dan anehnya, gw bisa senyum-senyum sendiri, bahkan hampir ketawa dalam posisi baring. Dan kalimat demi kalimat pun datang, hal yg selalu terjadi kalau keterpanggilan buat nulis pengalaman gw di blog muncul. Ah, Melaka kemarin terlalu indah, bahkan terlalu indah untuk ditulis dalam sebuah coretan malam ini.

***

Hari itu adalah Rabu malam. Gw masih sibuk mengerjakan assignment dari Dr. Isham untuk kelas Logics. Di tengah kepusingan gw merangkai satu demi satu pikiran gw menjadi makalah dalam bahasa Inggris, Efan mengirim pesan Whatsapp ke HP gw, "Zul, anak2 mau ke Melaka nih, berangkat besok malam sampai Jum'at. Lo mau ikut ga?". Gw mikir sejenak buat ikut apa ngga, soalnya hari Jum'at malam gw ada rapat yg harus gw hadirin. Tapi, jalan bareng anak-anak adalah satu hal yg paling gw impi-impikan, soalnya selalu aja menyenangkan (kami pernah ke Taman Tasik Titiwangsa dulu, and it was amazing!). Btw, anak-anak ini maksudnya adalah anak-anak angkatan gw, angkatan 12( iya, angkatan lusinan yg pernah menang futsal bola gila itu loh, hahaha). Gw sempat nanya lagi ke Efan, kira-kira Jum'at malam udah balik ke kampus lagi atau belum. Efan dengan jawaban diplomatisnya meyakinkan gw, insyaallah Jum'at malam kita udah balik ke kampus. "Gimana? Ikut ngga? Kalau ikut dimasukkin ke grup nih", tanyanya lagi (udah adat anak 12 kalau mau ada acara, pasti bakal bikin grup WA). Setelah mikir-mikir dan nego-nego, gw mutusin buat ikut walaupun sebenarnya gw udah berkali-kali ke Melaka dari jaman SMP. Terus kenapa ikut? Kebersamaannya itu loh, coy! Dan akhirnya gw fix ikut, terus dimasukkan ke grup WA yg namanya MALAKA (terus dikasi emot lope-lope tiga kali).

*teks pesan WA nya Efan ga persis seperti itu. Berhubung HP gw baru hilang, gw cuma bisa mengira-ngira seperti apa bunyinya. Yah, kira-kira seperti itulah*

Ternyata di grup itu udah rame banget anak 12 yg udah join. Ada 19 orang termasuk gw. Alhamdulillah, gw bukan yg terakhir dimasukkan ke grup, masih ada Rulli yg jadi nomor terakhir (sebenarnya Efan tega juga sih baru ngajak gw di ujung-ujung -_-). Akhirnya fix 20 orang yg ikut; 8 orang cowok dan 12 orang cewek. Semuanya anak-anak 12 kecuali Nadia, karena Nadia sebenarnya anak 13, tapi sering gabung sama anak-anak 12. Tapi jangan takut Nad, walaupun lo anak 13, tapi kita sehati koq. Eh, maksudnya hati kita sama-sama 12, Nad. HAHAHA.

Hari Kamis, sebelum keberangkatan, semua orang diminta untuk mempersiapkan barang-barang yg harus dibawa. Efan yg jadi bagian koar-koar masalah begini di grup. Gw rasa semuanya punya common sense buat tidur siang supaya ketika berangkat nanti malam tidak terlalu ngantuk (gw juga ngerelain satu kelas demi tidur siang, hehe). Akhirnya malam tiba, dan kami pun berkumpul di main stairs kampus. 8 orang cowok yg ikut adalah Efan, Amjad, Haidar, Ucup, Ruli, Farras, Andika, dan gw. Yg cewek nya ada Tessa, Puty, Ages, Muba, Balqis, Falita, Ami, Puspa, Salsa, Nadhira, Vira, dan Nadia. Karena menyewa tiga mobil, maka setiap mobil dibagi rata penumpang cowok dan ceweknya. Jadi, dibuatlah absensi masing-masing mobil oleh Nadia.


Kami keluar kampus sekitar pukul 11 malam setelah sempat berdoa memohon keselamatan selama perjalanan dan berfoto-foto sejenak di tangga besar IIUM. Setelah ngobrol-ngobrol ga jelas, perjalanan ini di improvisasi dengan pergi ke pantai Port Dickson guna menghabiskan malam sambil duduk di pantai sambil main gitar. Perjalanan alhamdulillah lancar dengan dukungan dan support dari Waze dan penjaga kedai tepi jalan. Hanya saja pemandangan agak sedikit terganggu karena Nadia pasang pose miss Universe selama perjalanan di atas mobilnya. Kami sampai di Port Dickson sekitar pukul 2. Setelah puas berjalan-jalan di atas pasir, kami duduk beramai-ramai di atas terpal yg dibentangkan di atas pasir. Sebuah pemandangan luar biasa malam itu, dalam sejuknya angin pantai, desiran ombak, dan keheningan malam, anak-anak 12 al kahfi-an pakai HP masing-masing! Konsep dan perkiraan untuk cerita-cerita, nyanyi bareng, atau bermain truth or dare berganti dengan lantunan pelan bacaan surat Al Kahfi, subhanallah. Selesai membaca surat Al Kahfi, anak-anak cowok duduk di atas terpal sambil gitaran dan tidur-tiduran, sedangkan anak-anak cewek mulai mengantuk dan memilih di tidur di mobil, kecuali Nadia, dia malah asyik bernyanyi dengan anak-anak cowok di pasir pantai dengan suaranya yg agak dangdut-style




 

Menjelang jam 4, ketika anak-anak mulai tertidur, tiba-tiba rombongan anak motor berlaluan melewati mobil kami dengan knalpot brong dan suara-suara teriakan ala anak mudanya. Anak-anak cowok segera bangkit karena takut ada niatan buruk dari mereka, apalagi anak-anak cewek sedang tertidur pulas di mobil yg parkir di tepi jalan. Sebenarnya tidak ada yg terjadi, rombongan motor itu hanya lewat begitu saja, tapi anak-anak cewek mungkin sudah terlanjur parno dan meminta kami untuk langsung saja jalan menuju Malaka dan mencari masjid untuk bersiap-siap shalat subuh.

Perjalanan dilanjutkan kembali dengan sedikit perubahan formasi tempat duduk di mobil. Mengingat perjalanan ini akan menjadi non-stop driving, Amjad mewanti-wanti kepada setiap driver agar jangan tertidur, setidaknya harus ada yg menemani mereka ngobrol di kursi samping driver. Jadi memang nasib driver dan navigator sebelahnya untuk bergadang (dan gw berada di posisi navigator). Kami sampai di sebuah tempat peristirahat sebelum mencapai perbatasan Melaka pas ketika adzan subuh berkumandang. Anak-anak segera turun untuk pergi ke toilet, kemudian berwudhu dan shalat subuh. Setelah shalat subuh dan memastikan setiap driver tidak mengantuk, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Melaka.



Suasana pagi waktu itu sudah cukup terang kala kami melintasi perbatasan Melaka. Beberapa teman-teman semobil gw pun sudah mulai bangun. Gw saat itu semobil dengan Andhika, Tessa, Nadhira, Vira, Amjad dan Rulli. Vira adalah yg terakhir bangun di mobil itu. Ketika ia terbangun, pertanyaan pertama yg keluar dari mulutnya adalah: "Melaka udah buka belum?". Kami sontak tertawa terbahak-bahak dalam mobil itu. Ternyata selama ini Vira telah salah mind-set, ia beranggapan bahwa Melaka itu adalah Museum. Seperti halnya toko-toko, museum hanya buka di jam-jam tertentu. Entah darimana Vira dapat informasi itu, atau mungkin ada yg salah dengan buku Geografinya jaman SD, hanya Allah yg tahu. Karena sudah terlanjur fresh akibat terlalu banyak tertawa, mobil kami menjadi ramai sendiri dengan obrolan-obrolan ga jelas. Sampai akhirnya entah siapa yg mulai, "Bro, bro, Melaka itu bro... Kalau jalan tu hati-hati, nanti Melaka", yg kemudian dijawab dengan koor kompak, "itu celakaaa". Dan mulailah permainan aneh ini berkumandang terus dan menyebar ke mobil-mobil lain hingga pulangnya kami ke kampus. Beberapa keanehan dalam permainan ini yg masih gw ingat:
"Bro bro, belang itu bro... Serangga hijau di jagung", kata Andika. Semua orang diam walaupun mengerti maksudnya adalah belalang. Tapi apa hubungannya dengan jagung? Entahlah.
"Bro bro, Vira itu bro... Nama hewan bro, itu loh Vira-Vira", ini karya Rulli. Entah dia memiliki dendam kesumat apa dengan Vira sampai segitu teganya, entahlah.
Dan yg paling parah adalah apa yg Rulli ucapkan waktu udah sampai, "Bro bro, Power bank itu bro... Lo punya temen namanya Jhon Power, dia punya motor, terus lo ga ada kendaraan. Terus lo mau nebeng ke dia, lo teriak, Power nebeng, Power nebeng". Gw bingung sebenarnya Rulli ini mau bikin permainan teka-teki kata, atau mau curhat, atau mau bikin novel? Entahlah. Mungkin dia belum minum obat.

Kami sempat berhenti sejenak di pom bensin Petronas, dan seperti yg sudah diduga, Falita mengeluarkan senjata andalannya; TONGSIS! Jadilah foto-foto selfie kami dengan muka-muka kurang tidur pagi itu.




Destinasi pertama kami adalah rumah makan. Karena perut kami memang sudah mulai keroncongan setelah bermalam sebentar di pantai. Setelah parkir mobil dan berfoto-foto sambil berlari diantara burung-burung merpati ala-ala di Belanda (tetap harus safety first agar terhindar dari kotoran burung), kami pergi menyusuri sungai di tengah kota sambil berjalan kaki. Kalau gw bilang sih, sekilas seperti di Venice, Italia, cuman disini airnya warna hijau aja, tapi menurut Nadia, ini lebih mirip sungai Ciliwung. Mungkin Nadia dulu sering mandi di sungai Ciliwung, entahlah.






Kami akhirnya makan di warung pinggiran yg hanya jual roti canai karena semua rumah makan masih tutup. Ada lauk, tapi nasi nya ga ada, mau mesen mie juga belum bisa. Akhirnya semuanya pada makan roti canai sambil minum teh tarik. Dan tentu saja tidak lupa untuk ber-selfie ria disini.



Perjalanan dilanjutkan ke Cathedral apaaa gitu namanya, gw lupa. Yg pasti itu gereja tua warna merah yg banyak sejarahnya gitu sih katanya. Rombongan sempat terpisah menjadi dua kloter karena mobil yg dibawa Andika salah jalan. Sempat terjadi persaingan perebutan foto antara dua kloter ini, tapi kemudian bersatu kembali di puncak gereja tua; tempat foto paling spektakuler (dan oleh fotografer paling spektakuler) tahun ini diambil. Biar gampang, langsung lihat foto-fotonya aja yah hehe.
















Setelah capek foto-foto dan lompat-lompat, kami memutuskan turun ke parkiran guna lanjut ke destinasi selanjutnya (sebenarnya karena museum selanjutnya harus bayar sih, hahaha). Ketika kami sampai di parkiran, nasib apes mengenai kami, ada petugas bandaraya yg sedang berkeliling disekitar mobil kami. Sehabis melihat-lihat, ia mengambil buku notanya kemudian menuliskan sesuatu, lalu menempelkannya di wiper mobil Andika; denda. Kami sempat lemas karena harus membayar denda, apalagi sebelumnya kami sempat dikomporin oleh bapak-bapak pengunjung lain, "kalau parking sini, siap-siap 300 ringgitlah untuk saman (denda)". Kami segera melihat kertas denda itu dengan perasaan dag-dig-dug, kalau 300 ringgit satu mobil, tiga mobil berarti jadi 900 ringgit??? Dan ternyata, alhamdulillah dendanya hanya 30 RM, dan hanya untuk mobil Andika saja. Sebenarnya kami masih bertanya-tanya kenapa kami didenda. Tak mau berspekulasi, kami segera menuju office bandaraya untuk mengurus denda itu. Ternyata denda itu karena kami tidak mengambil kupon parkir. Kami bingung, kenapa hanya mobil Andika yg kena? Pilih kasih mungkin? Ah sudahlah, alhamdulillah cuma satu mobil yg kena. Lebih alhamdulillah lagi, dendanya bisa didiskon menjadi 10 RM.

Destinasi selanjutnya adalah museum yg berbentuk kapal, setelahnya baru dilanjutkan ke Masjid Sultan untuk beristirahat sejenak dan bersiap shalat Jum'at. Tapi karena semuanya sudah kelelahan karena kurang tidur, dan bahkan beberapa memang belum tidur, museum itu di skip, dan kami langsung menuju masjid untuk istirahat.



Kami tiba di Masjid Sultan yg tepat berada di sebelah Selat Melaka pada pukul 11.30. Semuanya berinisatif untuk mandi, kemudian beristirahat sambil charging HP masing-masing. Gw segera menuntaskan mandi kemudian melangkah ke dalam masjid untuk tidur sejenak. Gw sempat tertidur 10 menit, tidur pertama gw dalam perjalanan itu, dan tiba-tiba dibangunkan anak-anak untuk meneruskan perjalanan. "Kita shalat jama' ta'khir aja, soalnya mobil Alza-nya Nadia mau dibalikin jam 5, takut ga keburu", kata mereka. Gw sempat gusar, karena gw baru dapet tidur. Gw sempat berfikir mengenai jama' ta'khir ini, tapi gw berfikiran insyaallah boleh, karena ga ada niat maksiat dalam perjalanan ini. Akhirnya gw ngikut buat langsung jalan menuju kampus, walaupun gw menangkap wajah-wajah penolakan dari beberapa orang teman. Gw ga sadar, ada Yang Lebih Menolak kesepakatan ini waktu itu, Yang Maha Melihat dari atas.

Perjalanan berlanjut dengan tujuan destinasi kampus IIUM di Waze. Seperti biasa, perjalanan menyenangkan, tertawa riang, dan masih saling melempar permainan teka-teki ga jelas itu, tidak ada masalah. Aplikasi Waze menunjukkan untuk U turn di depan sebuah sekolah dalam beberapa ratus meter ke depan. Nadhira waktu itu ngomong, "Eh, liat WA, itu Bundo (Muba) nanya tuh". Gw meraih HP gw dan melihat pesan dari Muba di grup, "kalian yg cowok yakin jama' ta'khir?". Pertanyaan itu tiba-tiba menusuk pikiran gw. Seketika gw bimbang, apa pantas buat ninggalin shalat Jum'at cuma karena takut mobilnya bakal kena charge lebih? Apa semudah itu meng-istisna'-kan hukum Allah? Apa gw sedang menggampang-gampangkan hukum Allah?. Tapi waktu itu gw berusaha tenang dan meyakinkan diri dengan pilihan gw. Beberapa menit berlalu pikiran gw, dan hal yg paling ga gw sangka-sangka terjadi.

Mobil gw berada di posisi paling belakang dari rombongan. Mobil satu dan dua udah U turn dan mulai jalan menjauh. Mobil gw berhenti di jalur kanan dan bersiap untuk belok. Entah gimana, tiba-tiba ada bis sekolah di jalur kiri gw, dan tiba-tiba ada motor yg berada di antara mobil kami dan bis itu. Motor itu tidak bisa melintas diantara mobil dan bis karena jaraknya terlalu dekat. Dengan kecepatan yg cukup kencang, akhirnya motor itu menyenggol mobil dan bis, dan kemudian tersangkut. Tak ayal, mobil kami tergores dari pintu tengah sampai ke pintu depan, bahkan motor itu meninggalkan penyok yg cukup dalam di pintu depan. Kakak pengendara motor itu tersangkut di tengah-tengah mobil dan bis, tepat di samping gw. Andika mencoba untuk maju sedikit agar kakak itu bisa terlepas. Ketika terlepas, kakak itu tiba-tiba langsung mengendarai motornya lurus menjauh, tanpa berhenti sama sekali. Di tengah kepanikan, Andika menginjak gas dan mengejar motor itu. Sekitar 500 meter, motor itu akhirnya berhenti dan menepi. Kami semua turun dari mobil untuk melihat kerusakan di mobil dan hanya bisa terdiam melihat pintu depan yg penyok cukup parah.

Semuanya terdiam, syok, panik, kalut, dan tak tahu mau berbuat apa. Tessa segera menelpon teman-teman yg di mobil lain agar segera menyusul kami. Gw, Andika, Vira, dan Nadhira akhirnya berbicara dengan kakak itu. Sempat terjadi emosi diantara kedua belah pihak, karena kakak itu ngotot mengatakan itu adalah kesalahan bis sekolah, sedangkan kami ngotot mengatakan itu kesalahan dia. Gw cuma bisa diam, berusaha setenang mungkin buat berfikir sambil menunggu bis sekolah tadi lewat. Namun sialnya, sampai mobil-mobil lain datang, bis itu tak kunjung lewat. Masalah sedikit mereda ketika abang dari kakak itu datang, dan menyarankan untuk pergi ke polisi supaya lebih tenang. Kami pun bersama berangkat ke kantor polisi. Setelah berdiskusi dengan polisi disana, ayah dari kakak itu datang. Akhirnya kami bersepakat untuk menyelesaikan permasalahan ini baik-baik, beberapa dari kami pun ikut mengantarkan kakak itu menuju rumah sakit untuk perawatan kakinya.

Selama di rumah sakit, gw diam, sibuk berfikir. Gw ingat ketika kita udah sampai di masjid tapi memutuskan untuk jama' ta'khir saja. Gw ingat pesan WA-nya Muba tepat sebelum kejadian terjadi. Gw ingat pertanyaan ayah dari kakak itu, "pukul berapa accident tu?", "pukul satu setengah", jawab anaknya, "ooh patutlah, orang masa tu pegi masjid, bukan pegi berjalan". Bagi orang yg tak beragama ataupun orang yg tidak percaya rukun iman terakhir, ini adalah sebuah kebetulan. Tapi kami bertuhan, kami Islam, kami punya Allah. Allah tunjukkan dalam waktu berapa menit saja, akibat memudah-mudahkan hukum Allah, akibat mementingkan urusan dunia daripada urusan-Nya. Ia lengkapkan tegurannya dengan accident ini, dimana kami bergegas pulang ke kampus untuk mengembalikan mobil Alza putih tepat pada jam 5, mobil Alza putih itu lah yg mendapat accident. Dari apa yg kami rencanakan untuk mengembalikan tepat waktu sehingga tidak dikenai biaya tambahan, ternyata baru bisa kami kembalikan mobil itu dalam keadaan penyok pada jam 9 dan harus membayar biaya tambahan. Ya Allah, segitu mudahnya Engkau tunjukkan kekuasaan-Mu, begitu cepatnya Engkau tegur kami

Setelah mencapai kesepakatan, kami pun kembali ke tempat dimana anak-anak sudah menunggu. Waktu itu jam 3.30. Setelah semua shalat, kami makan siang dengan makanan KFC dengan menumpang di sebuah rumah makan yg tutup. Lisan kami masing-masing mendengungkan hal yg sama; accident. Tak banyak canda dan tawa saat itu. Seusai makan kami berkumpul sejenak, beberapa teman mulai berbicara memohon maaf karena perjalanan ini tak se-menyenangkan yg mereka rencanakan. Semuanya merasakan perasaan tidak enak, ada rasa menyesal yg kutangkap dalam wajah masing-masing. Saat itulah beberapa teman lain mulai menyemangati, menenangkan teman-teman yg lain, menguatkan satu sama lain, mengingatkan bahwa ini semua adalah pelajaran. Ya, ini semua adalah pelajaran hidup bagi kami. Saat itu, gw menyimpulkan, mungkin perjalanan ini biasa-biasa saja, hanya beberapa tempat yg kami berhasil kunjungi, tapi dengan adanya peristiwa ini, perjalanan ini menjadi lebih berasa dan berharga. Ada nilai moral, spiritual, sosial yg luar biasa terasa dengan adanya kejadian ini. Dan ternyata semuanya sepakat dengan gw, perjalanan ini bermakna banget. Selain dari pelajaran luar biasa tentang kuasa Allah, juga kekompakan yg terjalin diantara kami. Saat senang, semuanya ikut selfie dan tertawa. Saat ditimpa musibah, semuanya ikut susah, sedih, membantu, menyemangati satu sama lain. Hal ini adalah salah satu dari sekian hal yg membuat gw selalu merasa nyaman dengan anak-anak 12.

Kami mulai melangkah ke mobil untuk segera menuju kampus ketika jam hampir menunjukkan jam lima sore. Segala macam gundah gulana tadi sudah berganti dengan canda tawa yg baru, yg lebih kental dari sebelumnya. Semuanya tersenyum dalam balutan kekompakan untuk sama-sama bertanggungjawab. Ya begitulah, tak ada masalah yg terlalu sulit jika ditanggung bersama; dua pasang bahu selalu lebih baik dari sepasang kan? Apalagi dua puluh pasang bahu :)

Kami sampai ke kampus secara terpisah, mobil gw sampai lebih dulu sebelum isya', yg lain menyusul setelahnya. Malam itu aku terpaksa meninggalkan teman-teman mengurus mobil karena harus segera rapat. Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Masalah mobil alza itu pun dapat diselesaikan dengan baik. Janji Allah selalu benar, persis seperti yg diucapkan sore itu ketika kami duduk berkumpul membicarakan kejadian accident itu; Allah tidak memberikan ujian kepada hamba-Nya, kecuali dengan kemudahan setelahnya, bagi hamba-Nya yg berfikir.

***

Perjalanan ke Melaka telah berakhir. Perjalanan itu memang singkat, tapi apa yg kami dapat insyaallah akan selamanya kami ingat; tentang pelajaran untuk mementingkan Allah daripada dunia, tentang foto-foto kita yg luar biasa karena matanya bengkak-bengkak, dan tentang kebersamaan yg selalu ada dalam canda tawa dan duka musibah. Allah takdirkan bagi kami sebuah ujian, yg mana ujian itu terbukti memperkuat kekompakan kami, subhanallah walhamdulillah.









 When we are together, there's nothing except smile. Even in our down-moment, there will always be a smile when we put our hearts together.

 Farras dan Salsa, satu-satunya couple, yg lain jomblo

Mbak Tessa, kalau belajar megang DSLR pasti bakal jadi fotografer

Ini gw dan Balqis, jarang-jarang ada cewek yg mau foto bareng gw hahaha *ketawa jomblo*

Nadia, memastikan tempatnya berpose aman

Bundo Muba dan Puspa, lupakan Efan yg di belakang

Ucup and Ami spotted!

Vira dan Ages, itu emaknya di belakang

Amjad, Andika, Nadhira dan Bundo. Pasti foto ini memiliki makna tersirat, hohoho

Falita dan Setengah Tessa

Emak Puty dan Bundo, mungkin lagi rebutan Ages sebagai anak


Rulli itu cowok yg baju kuning, Haidar baju hitam kacamata belakang gw (susah amet cari foto mereka berdua -_- )

***

Guys, gw bukan orang yg gampang ngungkapin perasaan gw pake lisan, jadi gw bakal ngungkapinnya pake tulisan. Waktu bakal berlalu, kita bakal graduate suatu hari nanti (amin), kita bakal terpisah, kita bakal punya keluarga dan anak, dan kita akan menua. Tapi gw yakin, ketika saat itu tiba, gw masih ingat cerita ini, gw masih ingat nama-nama lo, dan lo semua bakal selalu menempati bagian khusus di hati gw. Sebelumnya gw minta izin kalau nama-nama lo ntar bakal diketahuin sama anak-anak gw, karena gw bakal cerita ke mereka tentang lo semua (dan lo ga boleh protes!). Walaupun lo semua ga baca tulisan ini, gw cuma mau bilang, i love you all from the bottom of my heart. Entah kapan, besok, minggu depan, bulan depan, sem depan, tahun depan, ataupun setelah graduation-nya kita kelak, kita jalan-jalan lagi yuk? :')



"Bro bro, Hope itu bro... Nama film bro, Paris, i'm in Hope!"
"itu mah Love! Paris, i'm in Love"
"Memang gitu bro, karena dalam Cinta (Love), akan selalu ada harapan (Hope); harapan untuk bertemu, harapan untuk bersama-sama terus walaupun tidak mungkin, gitu bro"
*oke, ini agak maksa, mohon maaf*

Malacca, i'm in love. And i always hope to visit you again with my beloved friends :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar