Sabtu, 23 Agustus 2014

Cukup.

Entah kenapa, tiba-tiba aku sering berfikir mengenai kehidupanku sendiri. Tentang tahun demi tahun yang telah ku lewati, dan tahun demi tahun yang akan ku jalani. Kadang aku bertanya sendiri pada diriku, siapa aku? Aku ini apa? Entahlah, aku tak mampu menemukan jawaban yang menenteramkan hatiku sampai detik ini.

Di umurku yang terus bertambah, aku menyadari perlahan-lahan, aku terlalu banyak dzholim. Dzholim pada umur, dzholim pada orang tua dan orang-orang sekitarku, dzholim pada ilmu. Aku telah dzholim kepada Allah, Sang Pencipta. Aku dzholim pada diriku sendiri.

Aku telah diberikan 22 tahun untuk hidup, bernafas di bumi-Nya, menikmati keindahan ciptaannya, memiliki orang-orang baik yang Allah perkenankan aku untuk mengenal mereka. Tapi apa yang selama ini telah aku kerjakan? Sebuah pertanyaan besar yang membayangi setiap detik kesadaranku. Allah izinkan aku hidup 22 tahun, tapi aku masih sering melalaikan perkara-Nya. Allah izinkan aku bernafas 22 tahun, tapi aku sering melanggar larangan-Nya. Aku terlalu dzholim, tapi Allah terlalu baik kepadaku. Kalau Allah ingin mencabut nyawaku sekarang, maka Allah sangat berhak untuk mencabutnya, tak ada yang pantas diperjuangkan atas nyawa yang terlalu dzholim ini. Tapi, kalau Allah matikan aku sekarang, maka nerakalah tempat tujuanku. Aku pantas mendapat neraka, tapi aku tak sanggup untuk hidup di neraka. Aku menginginkan surga, tapi aku tak pantas hidup di surga. Jangan cabut nyawaku sekarang, ya Allah. Cabutlah nyawaku dalam keadaan husnul khotimah. Sungguh aku memohon belas kasih-Mu. Ampunkan hambamu yang telah dzholim kepadaMu.

Aku dibesarkan oleh kedua orang tua yang sangat baik. Orang tua yang selalu menyayangi anaknya dalam kondisi apapun, walaupun kadang sang anak ini tak mampu memahami kasih sayang orang tua nya. Ada harapan besar dalam diri kedua orang tuaku, berharap aku bisa menjadi orang yang berguna untuk dunia dan akhirat. Tapi aku sekarang masih amat terlalu jauh dari harapan itu. Maafkan aku yang telah dzholim kepada kalian berdua.

Aku tumbuh di lingkungan yang baik, dengan tetangga dan teman-teman yang baik. Kemudian aku disekolahkan di sekolah yang baik, dan berjumpa dengan guru dan teman-teman yang baik pula. Aku yakin, di senyum setiap kalian, tersimpan harapan agar aku bisa menjadi orang yang baik juga. Terima kasih, terima kasih aku ucapkan kepada kalian semua. Tapi saat ini, aku bukanlah orang baik. Aku terlalu buruk. Maafkan aku yang telah dzholim kepada harapan kalian.

Aku menghabiskan usia sekolahku dengan ilmu dan pendidikan. Berbagai macam ilmu yang telah masuk ke kepalaku, yang sebagian banyak hanya tertulis di kertas ujianku. Bertahun-tahun aku dibentuk dan dibina agar siap untuk terjun ke masyarakat. Tapi, sampai saat ini, tak ada hal-hal yang benar-benar menunjukkan hasil dari ilmu dan pendidikanku dulu. Kemana larinya semua itu? Aku telah dzholim kepada ilmu dan pendidikan yang kudapat, aku telah dzholim kepada kesempatan yang mungkin banyak anak-anak tak mampu mendapatkannya, maafkan aku.

Aku terlalu dzholim, aku terlalu lalai, aku terlalu malas, aku terlalu penakut. Aku tak pernah mampu memiliki tekad yang kuat. Aku muak, aku bosan dengan hidupku yang terlalu banyak kusia-siakan, dengan kesempatan yang aku salah gunakan. Cukup. Aku ingin berubah.

AKU INGIN BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK

Aku ingin berusaha menjadi diriku sendiri, yang lebih baik. Aku ingin menguji kemampuan diriku dalam segala hal dengan usaha yang maksimal, sampai ke titik dimana aku sadar, bahwa aku memang tidak mampu. Aku tak tahu rintangan apa yang akan kuhadapi nanti. Semoga Allah mudahkan dan kuatkan. Bismillahirrahmanirrahim.

"Dan tidaklah manusia itu memiliki apa-apa kecuali apa yang diusahakannya, dan usahanya itu kelak akan diperlihatkan" - An Najm 39-40


Tidak ada komentar:

Posting Komentar