Minggu, 24 Agustus 2014

Perpisahan

Teringat kala aku masih berseragam merah-putih dulu, SD. Masa dimana setiap adalah sama, lugu, polos, dan putih. Setiap hari yang diisi dengan bermain dan bermain. Aku ingat, salah satu trend saat itu ialah membuat sebuah buku khusus untuk biodata teman-teman. Biasanya, ia akan bertuliskan beberapa keterangan yang nantinya akan diisi oleh sang teman, seperti nama, tempat dan tanggal lahir, hobi, cita-cita, pesan dan kesan, makanan favorit, sampai kepada hal yang paling disukai dan tidak disukai.

"HAL YANG PALING TIDAK DISUKAI?"

Sejujurnya, aku tak pernah yakin dengan apa yang aku tulis dari permintaan ini. Kadang aku menulis, "dibohongi" , kadang pula aku menulis, "rokok", atau "sakit hati", dan lain sebagainya sesuai dengan alunan moodku. Entahlah, sampai sekarang pun aku tak tahu apa jawaban yang akan ku berikan jika pertanyaan ini terlontarkan kepadaku lagi.

***

Tanggal 12 Agustus kemarin, aku kembali ke Malaysia, menuju kampus setelah menghabiskan puasa dan lebaran di rumah. Semua berjalan lancar, kegiatan kampus baru dimulai bulan depan. Aku berangkat cukup awal karena merasa bosan terlalu lama duduk di rumah tanpa pekerjaan apa-apa, aku tidak mampu hanya duduk diam menyusahkan orang-orang di rumah.

Sabtu, 23 Agustus 2014

Cukup.

Entah kenapa, tiba-tiba aku sering berfikir mengenai kehidupanku sendiri. Tentang tahun demi tahun yang telah ku lewati, dan tahun demi tahun yang akan ku jalani. Kadang aku bertanya sendiri pada diriku, siapa aku? Aku ini apa? Entahlah, aku tak mampu menemukan jawaban yang menenteramkan hatiku sampai detik ini.

Di umurku yang terus bertambah, aku menyadari perlahan-lahan, aku terlalu banyak dzholim. Dzholim pada umur, dzholim pada orang tua dan orang-orang sekitarku, dzholim pada ilmu. Aku telah dzholim kepada Allah, Sang Pencipta. Aku dzholim pada diriku sendiri.

Aku telah diberikan 22 tahun untuk hidup, bernafas di bumi-Nya, menikmati keindahan ciptaannya, memiliki orang-orang baik yang Allah perkenankan aku untuk mengenal mereka. Tapi apa yang selama ini telah aku kerjakan? Sebuah pertanyaan besar yang membayangi setiap detik kesadaranku. Allah izinkan aku hidup 22 tahun, tapi aku masih sering melalaikan perkara-Nya. Allah izinkan aku bernafas 22 tahun, tapi aku sering melanggar larangan-Nya. Aku terlalu dzholim, tapi Allah terlalu baik kepadaku. Kalau Allah ingin mencabut nyawaku sekarang, maka Allah sangat berhak untuk mencabutnya, tak ada yang pantas diperjuangkan atas nyawa yang terlalu dzholim ini. Tapi, kalau Allah matikan aku sekarang, maka nerakalah tempat tujuanku. Aku pantas mendapat neraka, tapi aku tak sanggup untuk hidup di neraka. Aku menginginkan surga, tapi aku tak pantas hidup di surga. Jangan cabut nyawaku sekarang, ya Allah. Cabutlah nyawaku dalam keadaan husnul khotimah. Sungguh aku memohon belas kasih-Mu. Ampunkan hambamu yang telah dzholim kepadaMu.

Catatan Fajar

Hey kamu!
Iya, kamu!
Sudah berapa lama kamu hidup? 22 tahun?
Apa saja yang sudah kamu kerjakan selama ini?

Berapa banyak hal positif yang sudah kamu tunaikan?
Sebandingkah dengan hal negatif yang sudah kamu kerjakan?

Hey kamu!
Iya, kamu!
Sudah berapa banyak kasih sayang dan perhatian yang kamu dapat?
Dari orang tua, dari keluarga, sahabat, guru, dan temanmu
Sudahkah kamu mampu membalas semua yang mereka berikan ikhlas kepadamu?

Hey kamu!
Iya, kamu!

Sudah berapa banyak kamu dididik, dilatih dan dibina dengan berbagai ilmu?
Bermanfaatkah ilmumu? Sudahkah kamu aplikasikan semua teorimu?
Tidakkah kamu dzolim dengan semua itu?

Hey kamu!

Iya, kamu!
Penulis dalam keheningan fajar, Pelaku dalam rentak semangat,
Pelupa dalam detik kelalaian, Pemimpi dalam lamunan senja,
Sadarlah, hidupmu, bukan sekedar hidupmu
Hidupmu, untuk hidupmu, dan hidup orang-orang di sekitarmu
Hidupmu, untuk matimu
Hidupmu, untuk agamamu, bangsamu, dan negaramu
Sadarlah, kamu.



Catatan Fajar,
Dari diri yang menulis di waktu fajar
Untuk diri yang menulis di waktu fajar