Selasa, 13 Mei 2014

Garuda Cup VI 2014! Campione!

Garuda Cup adalah turnamen olahraga untuk pelajar Indonesia antar universitas dan kampus yang ada di Malaysia.
Garuda Cup adalah acara tahunan yg diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) sebagai panitia sekaligus tuan rumah.
Garuda Cup adalah ajang bergengsi untuk mengadu bakat dan skill bagi pelajar yg memiliki hobi bermain sepakbola dan basket.
Garuda Cup adalah momen kebersamaan bagi penduduk masing-masing kampus dan seluruh pelajar Indonesia di Malaysia.
Garuda Cup adalah Garuda Cup, rekam perjuangan dari sebuah kekompakan tim dan teriakan semangat para suporter, sebuah kenangan atas sorak sorai gembira sang juara dan tangisan sedih bagi mereka yg gugur.



***

Garuda Cup sebenarnya bukan hal baru di telingaku. Aku sudah cukup akrab dengan nama ini dari tahun lalu, tahun pertamaku di kampus biru, UIA. Saat itu, aku masih berstatus sebagai mahasiswa baru, melihat dari jauh, dan hanya ikut mendoakan keberhasilan UIA dalam ajang tersebut. Dan alhamdulillah, UIA berhasil meraih posisi pertama untuk sepakbola dan tempat kedua untuk basket, yg membawa UIA menjadi juara umum dan berhak membawa pulang piala bergilir. Saat itu, ada keinginan untuk ikut, dan sedikit penyesalan atas ketidak-beranian untuk ikut serta, baik latihan maupun turnamennya.

Waktu berlalu, bulan demi bulan terlewati, akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk ikut-ikutan latihan yg waktu itu menjelang POSPIM 2013. Akhirnya aku diberi kesempatan untuk ikut membela tim PPI UIA, walaupun saat itu hanya diizinkan berjuang di garis pertahanan tim B, dan menjadi penyebab utama kekalahan waktu itu. Latihan, kekompakan, kerja keras, kesalahan, dan support dari rekan-rekan pemain dan Bang Taufiq selaku pelatihlah yg akhirnya berhasil meyakinkanku untuk terus berjuang di tim.

Alhamdulillah, aku diizinkan untuk membela tim A di ajang POPPIM 2014, setelah absen dari lapangan ketika turnamen Ummatic Global Sport IIUM karena cedera engkel -_-

Dan kali ini, Garuda Cup VI 2014, aku masih diizinkan untuk kembali membela tim A, berdiri di belakang para legenda-legenda hidup persepakbolaan PPI UIA, dan mengamankan baris pertahanan tim.


Seperti biasa, UIA dibagi menjadi dua tim, tim UIA Merah (A) dan tim UIA Putih (B). Dikarenakan peserta untuk cabang sepakbola kali ini hanya 6 tim, diputuskan untuk diadakan liga terlebih dahulu, empat tim yg finish teratas akan melanjutkan ke babak semifinal. Pertandingan dimulai hari Jum'at (9/5) pagi, UIA Merah bertemu UKM, sedangkan UIA Putih bertemu UM. Dikarenakan pada masa itu beberapa pemain masih memiliki kelas, ataupun pekerjaan yg tidak bisa ditinggalkan, kedua tim UIA harus berjuang dengan jumlah pemain seadanya. UIA Merah berhasil menahan imbang UKM dengan skor 0-0 dengan 11 pemain tanpa cadangan, sedangkan UIA Putih harus kalah 1-0 dari UM. Adapun UIA Putih bermain dengan 9 orang, bahkan Hadi yg notabene seorang pemain bertahan harus menjadi kiper. Di saat beberapa pemain berjuang dengan mid term dan presentasinya, 9 pemain UIA Putih berjuang mati-matian mempertahankan timnya.

Pertandingan dilanjutkan sore hari, UIA Merah melawan UIA Putih. Para pemain yg sudah selesai dari kelasnya mulai berdatangan, termasuk aku dan Tsabat yg masih punya kelas di pagi hari. Permainan sedikit lebih santai dan tenang. Pertandingan berakhir dengan skor 3-2 untuk UIA Merah.


Hari kedua mungkin bisa dikatakan sebagai Rush Hour-nya Garuda Cup kali ini. Ada 3 pertandingan untuk masing-masing tim, dua diantaranya harus diselesaikan pagi hari. Di pertadingan pertama, UIA Merah bertemu dengan MS Cargo, sedangkan UIA Putih bertemu dengan UUM.

Aku sempat mengira bahwa MS Cargo, sebagai tim sponsor, adalah tim hore-hore yg sebenarnya hanya meramaikan turnamen. Tapi kenyataan di lapangan berkata lain, MS Cargo penuh dengan pemain-pemain senior yg bukan lagi pelajar, hampir setiap pemain terlihat benar-benar memiliki skill pemain jika dibandingkan dengan kami yg rata-rata cuma pelajar biasa. Pertandingan berlangsung cukup sengit, dan atmosfer pertandingan cukup memanas. Dan seperti biasa, mendapat tekanan dari luar-dalam sudah cukup untuk membuatku kalang kabut dan panik, ditambah lagi dengan hadirnya Bang Fahmi, legenda UIA beberapa tahun yg lalu di bangku penonton, hingga akhirnya aku membuat kesalahan yg sama seperti tahun lalu, tackling yg berujung pada penalti bagi tim lawan. 1-0 untuk MS Cargo. Alhamdulillah aku masih bisa mengontrol emosiku kali ini, tidak seperti POSPIM tahun lalu. Beberapa menit kemudian, bang Taufiq gantian mencetak gol ke gawang lawan setelah mendapat through ball dari pemain tengah. Skor 1-1 bertahan hingga akhir babak.

Di partai lain, UIA Putih yg ditargetkan bisa meraih poin penuh dari UUM, hanya berhasil mengamankan 1 poin setelah pertandingan berakhir dengan skor kacamata, 0-0. Tak sampai satu jam, pertandingan kedua antara UIA Merah melawan UUM, dan UIA Putih melawan UKM pun dilaksanakan. 

Melawan UUM, UIA Merah bermain sedikit lebih santai dan tenang, apalagi ditambah dengan hadirnya Bang Apin di lini tengah. Aku mulai meminimalisir kesalahan di laga ini. Skor berakhir 2-0. Dan aku mendapat kartu kuning karena berteriak "apalagi Ref???" setelah tiupan peluit pelanggaran oleh wasit atas gerakanku dalam merebut bola dari lawan yg sebenarnya bersih -_- . Aku juga sempat was-was ketika partner bertahanku, Bang Yusuf harus diganti karena otot betisnya tertarik. Adapun UIA Putih kembali berhasil menahan imbang UKM dengan skor 0-0. Itu berarti harapan UIA Putih untuk lolos ke babak semifinal semakin sulit, karena mereka tidak punya pilihan lain selain menang melawan MS Cargo.

Pertandingan ketiga hari itu dilaksanakan setelah shalat ashar. Cuaca sore itu hujan gerimis. UIA Merah bermain santai melawan UM. Pertandingan berakhir dengan skor 5-1, yg dicetak oleh Galby (2), Ilham (2) dan Bang Apin. Adapun kebobolan satu gol itu juga disebabkan oleh aku yg terpeleset ketika mengantisipasi bola -_- . Setelah pertandingan, kami bergegas menuju lapangan D, tempat berlangsungnya pertandingan antara UIA Putih melawan MS Cargo. Ketika kami sampai, pertandingan telah selesai dengan skor 3-3, yg berarti tim UIA Putih tidak bisa melangkah ke babak selanjutnya. Kami jumpai beberapa wajah sedih disana, tapi tak kami jumpai wajah-wajah putus asa. Semuanya menyadari kekurangan masing-masing dan saling support satu sama lain, hal yg sama yg aku dapatkan di POSPIM tahun lalu. Ditemani beberapa suporter yg jauh-jauh datang dari UIA, mereka mulai bisa tersenyum dan berjanji akan berusaha meningkatkan diri lagi nanti. Dengan berakhirnya pertandingan itu, berakhirlah babak penyisihan berbentuk liga yg akhirnya menyaring 4 tim untuk melangkah ke semifinal: UIA Merah, MS Cargo, UUM, dan UKM.




Pertandingan semifinal dimulai hari Ahad (11/5) pagi, UIA Merah kembali melawan UUM, sedangkan UKM selaku tuan rumah harus saling bunuh membunuh dengan MS Cargo selaku tim suporter demi mencapai final. Pertandingan melawan UUM berjalan tenang dan santai, walaupun permainanku benar-benar kacau setelah panik diteriaki oleh Bang Taufiq dan Bang Apin di babak pertama, aku mulai tenang dan bermain normal di babak kedua setelah di semangati oleh teman-teman, khususnya Bang Taufiq dan Bang Yusuf. Dikarenakan pemain lawan yg benar-benar terlihat kelelahan, pertandingan berhasil dimenangkan oleh UIA Merah, dan kami berhak melaju ke partai final untuk melawan MS Cargo yg berhasil unggul dari UKM.

Sore harinya, sembari menunggu partai final, kami kontingen UIA sempat bercanda gurau sambil makan ringan di kantin. Cuaca saat itu hujan. Pertandingan final akan diadakan di stadium UKM, berbeda dari laga-laga sebelumnya. Aku saat itu tidak terlalu nervous, mengingat sudah pernah bermain di stadium UIA. Setelah selesai dari makan-makan, kami bergerak menuju stadium, shalat ashar dan kemudian berganti kostum.

Saat menginjakkan kaki di lapangan dengan kostum lengkap, barulah atmosfer finalnya terasa menusuk kuat, jauh diatas atmosfer ketika POPPIM 2014 disaat bermain di stadium sendiri. Bertanding malam hari, dengan cuaca hujan rintik-rintik, di stadium UKM, disaksikan oleh suporter dari berbagai kampus termasuk UIA sendiri yg ikut menghadirkan para legenda, dan juga penduduk PPI UIA. Ada rasa panik, ada rasa takut untuk berbuat kesalahan. Bang Romi, selaku manajer dengan entengnya ngomong, "gimana rasanya? Beda kan? POPPIM mah ga ada apa-apanya", padahal kami yang baru-baru ini merinding setengah mati. Apalagi ditambah dengan opening ceremony ala klub-klub terkenal di tv. Setelah berdiri di tengah lapangan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, jepret sana sini, pertandingan final melawan MS Cargo pun dimulai.







Babak pertama dimulai dengan tempo cukup cepat, baik UIA maupun MS Cargo berusaha meyerang masing-masing kubu dengan memanfaatkan setiap peluang. Harus diakui, kedua tim bermain cukup panik. Keduanya berusaha mengamankan bola selama mungkin di kaki mereka sambil membangun serangan perlahan. Beberapa kali usaha tim MS Cargo untuk melewati baris pertahanan UIA, tapi belum menghasilkan skor. Memasuki pertengahan babak, Bang Apin dijatuhkan di sisi kanan lapangan dan wasit menghadiahi tendangan freekick. Bang Apin selaku eksekutor mengirim bola ke tengah dengan agak tinggi, dan kemudian disambut dengan heading manis dari Ilham yg tak mampu dibendung kiper. Skor berubah 1-0. Tak sampai beberapa menit, MS Cargo gantian menyerang, aku dan Bang Yusuf kembali berusaha mengamankan gawang. Tapi ada satu bola through pass yg tak berhasil kami antisipasi. Sang kiper, Bang Emyr maju untuk menangkap bola, tapi tepat beberapa meter di depan kiper, bola berhenti karena genangan air. Striker lawan tidak menyia-nyiakan kesempatan dan segera menendang ke arah gawang yg kosong, skor 1-1. Ketika ini, ucapan Bang Apin "don't make silly mistake", berulang-ulang berputar di kepalaku.


Permainan berlanjut lagi, saling serang kembali terjadi. Hingga akhirnya UIA mendapat kesempatan tendangan sudut, lagi-lagi Bang Apin yg maju sebagai eksekutor berhasil bekerja sama dengan Ilham yg menanduk tajam bola ke sudut gawang, skor berubah 2-1. Pertandingan semakin sengit, MS Cargo mulai memainkan long pass berbahaya ke arah gawang UIA. 4 orang defender UIA; Pak Wildan, aku, Bang Yusuf, dan Bang Rudi harus lompat sana-lompat sini bahkan salto demi mengamankan gawang. Di saat kemelut itulah, kembali MS Cargo melakukan pelanggaran di daerah tengah lapangan. Seperti biasa, Bang Apin maju sebagai eksekutor. Kali ini bola ditendang tinggi langsung mengarah ke gawang. Kiper yg tidak siap tak mampu menahan laju bola. Sekali lagi penonton dibuat berteriak oleh aksi Bang Apin, skor 3-1. Semakin tertinggal, MS Cargo semakin semangat melancarkan long pass ke arah strikernya. Hingga di satu kesempatan, Bang Yusuf gagal menanduk bola, dan menyisakan striker dan kiper. Bola sedikit di-chip melewati kiper. Skor 3-2 bertahan hinga akhir babak pertama.


Babak kedua berlangsung semakin sengit. Penonton berulang kali berteriak ketika peluang demi peluang dilancarkan namun belum menemukan hasil. Suporter UIA kembali berteriak histeris saat lagi-lagi bola freekick Bang Apin gagal diantisipasi oleh kiper dan berhasil dimaksimalkan menjadi gol oleh Firdaus. Skor kembali berubah menjadi 4-2. Sisa menit pertandingan lebih banyak kami habiskan di daerah pertahanan kami sendiri. Bang Taufiq yg mengomandani lapangan harus berpindah-pindah ke kiri dan kanan lapangan demi menjauhkan bola dari gawang kami. Azhar yg posisinya ditengah juga ditarik mundur menjadi sejajar dengan defender. 5 menit terakhir pertandingan, MS Cargo benar-benar memaksa UIA untuk bertahan. Kemelut di depan gawang terjadi, tendangan tim lawan ke arah gawang UIA mengenai tangan Bang Rudi dan berakibat penalty. Bola ditendang oleh eksekutor tim lawan, berhasil di blok oleh Bang Emyr, tapi jatuh tepat di kepala penendang yg menanduk pelan dan mengubah skor menjadi 4-3. Seolah mendapat angin, MS Cargo semakin liar menyerang, tapi waktu tak berpihak kepada MS Cargo, wasit meniup peluit panjang tanda pertandigan usai, dan UIA kembali menjadi juara Garuda Cup setelah mengalahkan MS Cargo dengan skor 4-3!




Adapun acara selanjutnya adalah pembagian hadiah yg disertai dengan ajang foto-foto pemain dan suporter beserta medali dan piala. Then, let the picture explain!






Garuda Cup VI telah berakhir, kami memang gagal membawa kembali piala tahun lalu, tapi kami berhasil membawa piala baru yg tidak bakal digilir lagi. Semua kenangan terekam dalam kepala dan hati kami. Terimakasih aku ucapkan kepada seluruh rekan-rekan pemain, baik tim UIA Merah maupun tim UIA Putih, kepada segenap suporter yg telah hadir jauh-jauh dari UIA, juga yg tidak bisa hadir tapi mendoakan kami dalam diam, kepada Bang Taufiq yg telah banyak memberi petuah dan nasehat kepada kami, kepada Bang Fahmi yg sering memberi masukan baik berupa materi maupun moril, kepada Bang Romi selaku manajer yg super capek, juga kepada barisan pertahanan UIA Merah, khususnya Bang Yusuf yg banyak kasi support. Thanks guys! You guys rock!



4 komentar:

  1. Entah apa itu ceritanya, tapi setiap bola bergulir selalu menyisihkan kisah.. Ketika rumput dan lapangan menjadi alas dan background gambar, untaian kata menjadi penyambung sejarah.. Selamat untuk kita semua.. ~

    BalasHapus
  2. Berapa kali pun ane baca wan. Ttp ga bosa ama ni artikel, kangen ah maen bareng lg 11 org di lapangan hehehe

    BalasHapus