Rabu, 24 April 2013

Ayah, Ibu, Terimakasih :')


IIUM. Kampus yg terbilang besar dan maju. Mahasiswa dari berbagai penjuru datang kesini demi satu tujuan; menuntut ilmu. Bahasa yg dipakai adalah bahasa Inggris dan Arab. Fasilitas terbilang lengkap. Penuh dengan bangunan untuk kelas, asrama, dan auditorium. Luas kampus cukup untuk membuat kakiku kekar karena harus tiap hari bolak-balik kamar-kelas setiap hari. Dengan segala kelebihannya, wajar kampus ini sangat modern dalam sistem akademiknya, walaupun modernnya sistem ini kadang malah memusingkan pelajarnya. Dan salah satunya adalah aku. Khususnya dalam masalah pre-registration secara online. Ketika masa pre-reg datang, maka akan ada ribuan mahasiswa berebut untuk mendapatkan sepotong kursi dari kelas subjek yg diinginkan. Masalah lainnya adalah ada banyak subjek yg harus diambil; ada yg mudah, dan ada yg susah. So, if you wanna study easily, you have to arrange your study plan well.


Ada 45 subjek yg harus kuambil untuk mencapai strata satu, sebagian besar berbahasa Inggris dan sebagian lainnya berbahasa Arab. Bagiku pribadi, subjek yg berbahasa Arab jauh lebih mudah daripada yg berbahasa Inggris, karena basic bahasaku lebih cenderung ke Arab daripada Inggris. Kemarin, aku mendapat kabar bahwa subjek yg disediakan untuk semester 3 (semester pendek) sudah bisa dilihat di website IIUM. Aku pun buru-buru membuka laptop dan mulai meneliti course schedule di web tersebut. Dan ternyataaaa... untuk semester pendek ini (ohya, disini ada 3 semester per tahun; semester 1 dan 2 yaitu semester panjang selama 4 bulan, dan semester 3 yaitu semester pendek selama 2 bulan), aku hanya bisa mengambil 3 subjek! Dan semuanya berbenturan! Kelihatannya aku hanya bisa mengambil satu subjek untuk semester ini. Aku mengambil lembar study planku, mencermati setiap subjek yg harus ku ambil. Dan aku trance sesaat sambil membayangkan tahun-tahun yg harus kulewati di kampus ini. Aku down, dan tiba-tiba aku teringat ibuku. Segera ku ambil handphoneku dan mulai menekan beberapa nomor. Tuuut... Tuuut... "Halo Assalamu'alaikum...". Dan suara lembut dari ujung sana pun mengalun lembut menyejukkanku.


Ada hening sejenak ketika mendengar suara lembutnya. Beliau mulai bertanya dengan bahasa Melayu daerahku, "Awak cam mane kat sane? Sehat je kan? Tugas awak yg kemaren cem mane? Bagos tak?". Kadang aku mau tertawa sendiri diserbu dengan banyak pertanyaan sekaligus. Aku pun mulai bercerita tentang hariku, dan hidupku disini. "Makan cem mane kat sana? Sedap tak?". Hahaha, aku pun hanya bisa menjawab bahwa makanan disini cukup memuaskan. "Jangan takut-takut nak keluarkan duit tu buat makan, makan je yg sedap-sedap", balasnya. Aku sedikit bergetar mendengar perkataannya. Aku sadar, pengeluaran keluarga ini cukup banyak; kuliah abangku, kuliahku, dan sekolah adik perempuanku yg masih di pondok. Belum termasuk untuk makan sehari-hari mereka disana, nenekku yg sedang sakit, dan tentu saja persiapan kuliah adikku. Sungguh, orang tua sangat menyayangi anaknya. Hanya saja, kadang mereka gagal menunjukkan rasa sayangnya itu pada anaknya, atau sang anak yg tak mampu mengerti rasa itu.



Pembicaraan terus berlanjut, aku mulai menjelaskan permasalahanku disini, kepusinganku dalam memilah-milih subjek yg harus kuambil. "Jadi, menurut mamak cem mane? Kami ambil yg mane dulu ni? Nak berape banyak buat satu semester?", tanyaku. Ibuku menjawab dengan halus, "Ye terserah awak aje. Semane awak rase awak tu kuat dan mampu, awak ambillah". Aku tersenyum. Kemudian aku menjelaskan padanya berapa tahun yg harus aku lewati untuk mencapai gelar S1. Aku berkata, mungkin aku bisa mencapainya dalam 4 tahun, atau paling cepat 3,5 tahun. Juga ku jelaskan keinginanku untuk mengambil minor Psikologi dan harus menambah 11 subjek lagi, dan itu berarti harus menambah sekitar setahun lagi disini. Aku dibuat terkejut oleh jawaban ibuku, "Ye sebenarnye lebih cepat lebih baik. Lepas tu kan awak bise ambil S2. Kalau awak nak ambil minor tu, agak telambat sikit pun tak pe. Yg penting awak dapat ape yg awak nak, dan bergune buat awak nanti". Aku bertanya-tanya, dari mana biaya untuk S2 sedangkan adikku akan segera kuliah? Dan aku tersadar dengan wujud ayahku. Seorang ayah yg jarang berbicara dan ngomel di depan anaknya, tapi dibalik itu semua ia berusaha semaksimal mungkin untuk melihat anaknya bahagia.Sosok yg rela bekerja keras, membanting tulang di umurnya yg tak lagi muda demi kehidupan 3 orang anaknya. Yakinlah, seorang ayah selalu berusaha untuk kebahagiaan anaknya dengan atau tanpa disadari sang anak.



Kami terus berbicara panjang lebar. Kadang kami tertawa bersama, walaupun aku tahu ada kebimbangan di hatinya karena memikirkan abangku, adikku dan kesehatan nenekku. Ayah, ibu, aku sadar saat ini aku tak mampu sama sekali untuk membalas semua kebaikan dan kasih sayang yg telah kalian berikan. Tapi aku akan berusaha, setidaknya dengan prestasiku. Kemudian izinkan aku membalas semua yg telah kalian berikan nanti.


Di akhir pembicaraan, aku sempat sedikit bercanda, "Nanti kalau kami selesai S1 lime tahun, terus S2 due tahun, terus kapan nikahnye?". Ibuku menjawab sambil tertawa, "Ye nikah tu gampanglah, carilah orang sana". Mak ai, matilah kalau macam tu. Kemudian aku menjelaskan tentang mahalnya mahar untuk menikahi perempuan Malaysia. "Mamak carikan ajelah jodoh buat kami. Cari aje anak-anak kawan mamak, macam anaknya tante Susi, dibooking dulu dari kecil", candaku. "Yelah tak tau lah kalau tu, tengok lah nanti", jawabnya sambil tertawa. Senangnya bisa berbicara dengan ibuku. Seorang ibu yg sangat menyayangi anaknya. Sama seperti ayahku.

Kalau memikirkan ibuku, aku terkadang ikut memikirkan masa depanku, dengan siapa akan ku habiskan hidupku. Aku hanya ingin mencari perempuan yg baik, terutama baik dari sisi agamanya. Saat ini, aku menemukan banyak perempuan baik disini (juga cantik, hehe). Tapi entah kenapa, aku belum menemukan perempuan yg benar-benar pas di hatiku. Yah, biarlah. Biarlah Allah yg menuntunku menuju cintaku.


Aku ingin seperti ayahku, lelaki baik yg berhasil menikahi perempuan baik seperti ibuku. Ayah, ibu, terimakasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar