Selasa, 24 Juli 2012

Potret Kelam Seorang Idola


Nazriel Irham a.k.a Ariel. Siapa yang tidak kenal? Vokalis dari band asal Bandung, Peterpan ini meroket namanya dengan album Bintang di Surga. Tak ada yang tak kenal dengan Ariel. Bahkan hingga saat ini, lagu Ada Apa Denganmu masih dinikmati oleh banyak kalangan. Suara yang khas, tampang yang masuk kategori "ganteng", popularitas yang tak tertandingi, membuatnya menjadi idola seluruh umat, terutama kaum hawa. Seluruhnya terkemas begitu sempurna hingga akhirnya terkuak video porno yang direkam oleh Ariel bersama rekan-rekan artis lain pada tahun 2010. Yang terendus (emangnya tulang diendus) memang hanya dua orang, tapi yang tidak terendus bisa jadi lebih banyak dua kali lipat.

Hukum akhirnya berbicara, memutuskan bahwa Ariel harus dihukum penjara selama 2 tahun. Ribuan lidah protes, jutaan mata menangis, milyaran manusia menolak kenyataan. Tapi palu telah berayun, Ariel pun masuk penjara.



Saya akui, saya termasuk salah seorang yang senang mendengar lagu Peterpan (hingga kini masih menjadi lagu favorit saya kalau bermain gitar), tapi saya bukan fanatik Ariel hingga mengatakan bahwa perbuatannya yang salah adalah benar. Saya bukan pula orang yang Anti-Ariel, hingga saya setuju dengan hukuman penjara bagi Ariel. Tapi saya sadar, kalau seseorang yang salah, harus tetap dinyatakan salah, walaupun dia adalah seorang idola, walaupun dia adalah seorang Ariel. Sekarang kenapa orang-orang Indonesia seakan menutup matanya hanya karena "idola"?

Yang membuat saya miris, saat Ariel dipenjara, di mana-mana terjadi demo, "bebaskan Ariel!", atau "Kenapa Ariel ditahan sedangkan yang lain tidak?". Dimana letak mata hati kita sebagai manusia? Kita mampu membenarkan yang salah hanya karena rasa fanatisme buta. Kita mampu membuang semuanya hanya untuk sang idola karena rasa fanatisme buta. Setelah melihat kasus Ariel ini, saya menjadi yakin, kenapa Michael Jackson dibunuh oleh dokternya sendiri setelah ia masuk islam adalah karena ditakutkan banyaknya penggemar yang akan ikut masuk islam setelah sang idola.

Kemarin, tepat tanggal 23 Juli 2012, Ariel dibebaskan. Kembali kita melihat begitu banyak orang yang tertutup matanya. Seorang fans, tak kan hilang rasa fanatiknya walaupun sang idola keluar dari penjara. Berapa banyak orang yang pergi meninggalkan kotanya, keluarganya hanya untuk melihat kebebasan sang idola. Berapa banyak pelajar dan pegawai yang bolos  hanya untuk melihat kembalinya sang idola. Bahkan aparat polisi sampai harus membuat pagar betis. Seolah-olah dia adalah raja. Bahkan teruk yang membawa Ariel sempat melindas seorang penggemar yang tak sabar ingin berjumpa dengannnya.

Rasa fanatik seperti ini tak hanya kita temui di masa ini. Bahkan di masa lampau. Di masa Rasulullah SAW. Saat Rasulullah mengajak orang-orang Jahilliyah kepada tauhid, beribadah pada Allah apa yang mereka jawab?

و إذا قيل لهم اتبعوا ما أنزل الله قالوا بل نتبع ما ألفينا عليه أباءنا أولو كان أباءهم لا ىعقلون شيئا و لا يهتدون

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Al-Baqaroh: 170)

***


Sekarang, Ariel sudah bebas. Semoga dirinya sadar dengan perbuatannya dan kitapun terhindar dari rasa fanatik yang berlebihan. Semoga Allah selalu memberikan hidayahnya pada saya, Ariel, dan kita semua. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar