Senin, 31 Oktober 2011

Manusia itu Makhluk (jejaring) Sosial


Siapa yang tak kenal facebook? Siapa yang tak kenal twitter? Dua situs jejaring sosial yang paling “wah” abad ini. Dari anak kecil TK sampai kakek-kakek hampir semuanya memiliki akun dua situs jejaring sosial ini. Situs yang berlogokan huruf “F” dan “burung berkicau” ini menawarkan banyak fitur yang sangat menarik bagi umat manusia terutama anak muda. Bayangkan, kalau dulu anda harus bersusah-payah mengunjungi puluhan teman anda, menelpon mereka satu persatu, hanya untuk sekedar mengucapkan “selamat idul fitri ya…”. Tapi sekarang, cukup dengan menyambungkan komputer anda dengan modem, ketik beberapa kalimat maka ucapan selamat hari raya anda sudah dapat dinikmati seluruh teman-teman anda. Bahkan teman-teman lama anda pun dapat ditemukan dengan begitu mudahnya dengan dua situs ini. Anda pun bisa chattig dengan teman-teman anda di seluruh penjuru dunia seolah-olah ia berada disamping anda. Dengannya jarak sejauh apapun terhapus. Dan dengan 128 huruf, anda bisa menjadi seorang selebritis di dunia maya.


Tapi, setiap sesuatu yang memiliki nilai positif, selalu memiliki nilai negatif.

Selasa, 25 Oktober 2011

FISH-EYE

Kamis, 13 Oktober 2011
RSI Fathimah, 09.40,


“Coba posisinya tengkurap”
“Begini dok?”
“Satu badan tengkurap, santai aja”
“Kalo sambil smsan gimana dok?”
“Gapapa malah bagus supaya ga kerasa”
“…”
Ini Rumah Sakit serius apa ngga sih??

“Ini biusnya agak sakit, jadi ditahan ya”
“Iya dok… Auw!”
“Gimana rasanya? Agak tebal kan kulitnya?”
“I… iya dok”

Sabtu, 22 Oktober 2011

Pahami Diri Kita

 

Kita tidak punya kewajiban untuk memahami diri orang lain, dalam konteks tidak egois tentunya. Yang harusnya kita pahami itu adalah diri kita sendiri, bukan orang lain.

Kenapa? Karena sebenarnya jika kita mampu memahami diri kita sendiri, maka kita akan tahu dan sadar, apa yang seharusnya kita lakukan untuk teman kita, apa yang sewajarnya kita perbuat terhadap orang tua kita, apa yang sepantasnya kita hadirkan untuk orang-orang yang kita cintai. Jadi, apabila kita telah mampu memahami diri kita sendiri, kita akan tahu apa posisi kita terhadap orang lain, dan secara tidak langsung kita telah memahami orang lain.

Tapi sayang, tak jarang kita "gagal" memahami diri kita sendiri.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Untuk Sahabat-Sahabatku

catatan ini pernah dimuat di faceboook, hari minggu, 16 Oktober 2011...


Sahabatku yang aneh-aneh,
Sebagai manusia, kita tak pernah mampu untuk hidup sendiri. Kita adalah makhluk sosial, itulah yang sering kita baca dalam pelajaran PPKn dan Tarbiah dulu. Sekuat apapun seseorang, sekaya apapun seseorang, ia tak kan mampu hidup sendiri. Selayaknya kita sebagai manusia saling tolong-menolong dalam kebaikan, walaupun dulu kita sering tolong-menolong dalam kejahatan jugaJ. Maka, kita perlu sahabat. Sahabat yang menghiasi hari kita, mewarnai senyum kita, melukiskan dalam hati kita kenangan yang akan menjadi kisah klasik pengatar tidur anak cucu kita kelak. Dan tak dapat diragukan, aku sudah menemukannya, sahabat. Kamu adalah sahabatku.

Sahabatku yang nakal-nakal,
Kalau aku menilik sekilas ke belakangku, sekilas melirik ke lampauku, niscaya aku tak mampu meniliknya ataupun sekedar meliriknya. Karena setiap kali hal ini kulakukan, aku harus memutar kembali badanku seutuhnya kembali ke masa dulu, masa-masa indah saat kita bersama. Terlalu banyak memori yang terekam dalam hati yang hanya seberat 2 kg ini. Tak jarang, kedua mataku sembab mengenang masa-masa jaya kita dulu.

Jumat, 14 Oktober 2011

Antara Ayah, Anak dan Burung Gagak

 Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan
pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di
sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi
pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu
menjawab dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama
diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Elegi Seorang Pengajar (2-Part 2)

Setelah mengetahui kalau si Kumbang merokok, saya berniat memancingnya supaya mengaku sendiri pada saya. Supaya lebih ikhlas tentunya.


Esoknya saya masuk kelas dengan muka santai, “Gimana pengecekan lemari kemarin? Ada yang terambil kaosnya, HPnya, laptopnya, atau kulkasnya mungkin?”, tanya saya sambil bercanda yang langsung disambut dengan keributan saling lempar-melempar ejekan ke temannya. “Ade ketahuan laptop ustadz”, kata yang satu. “Ngga ustadz, Julian yang bawa kulkas”, balasnya yang langsung disambung dengan koor tertawaan dari teman sekelas yang lain. “Sudah”, saya menengahi, “Ustadz dapat laporan dari beberapa orang ustadz, bahwa diantara antum ada yang ketahuan punya HP, rokok, kamera, dan alat elektronik lain”, sambung saya dengan wajah serius(sebenarnya laporan yang saya dapat hanya rokok, tapi untuk memancing saya sebutkan saja beberapa alat elektronik). “Isma’uu, dengarkan. Jadi sebelum ustadz bongkar, yang kemarin merasa ketahuan, silahkan antum mengaku ke ustadz sebelum besok. Ustadz tunggu di kamar ustadz. Kalau ngga mengaku, berarti siap untuk ustadz permasalahkan”, ancam saya. Satu kelas pun sunyi tanpa suara mendengar ancama saya.

Kamis, 06 Oktober 2011

Elegi Seorang Pengajar (2-Part 1)


 Al-Waladu Sirru Abihi. Seorang anak adalah rahasia dari ayahnya. Kalau anda menemukan seorang anak nakal, sering melawan, maka yakinlah bahwa ayahnya dulunya seperti itu. Rahasia sang ayah itulah yang menjadi wujud sang anak. Maka hati-hatilah bagi anda, sang calon ayah. Karena setiap rahasia yang anda sembunyikan akan terwujud pada sang anak.


***


Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, sebagai wali kelas, saya memiliki “anak-anak” sebanyak 32 orang. Diantara mereka ada yang kelihatannya baik, ada yang kelihatannya nakal, ada yang kelihatannya pintar, ada juga yang kelihatannya kurang.