Selasa, 27 September 2011

Perkawinan dari Allah

Yang namanya hikmah, manusia ga bakal pernah tahu kapan datangnya. Kadang saat ia dicari, sulit untuk ditemukan. Tapi tak jarang, kadang ia datang dengan tiba-tiba, tanpa tanda-tanda.


***

Saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju Banyuwangi. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 14 jam dikarenakan macet. Waktu yang panjang saya habiskan dengan facebookan di HP, dengerin musik, main game, nonton fim, juga tidur tentunya.

Waktu menunjukkan jam 16.40, saya terbangun dari tidur yang bisa dibilang tidak nyenyak, karena berkali-kali saya harus menahan kepala saya yang berguncang dikarenakan jalanan yang rusak dan macet. Saya merenggangkan badan sambil melihat pemandangan di luar. Toko ****, Probolinggo. Berarti saya sudah di Probolinggo. Saya memutar badan ke arah belakang, koq tema-tema pada serius ngeliat ke depan ya?, pikir saya. Sayapun membalikkan badan melihat ke tempat yang sama. Di depan, TV yang disediakan oleh bis sedang menyala menyiarkan film Malaysia. Mau tak mau saya pun larut dalam tontonan.

Bomo on Friday


Hari Jum'at adalah hari libur bagi anak pondok. Seminggu yang melelahkan kami refresh dengan sekedar istirahat, jalan-jalan ke kota, main game, nonton TV, atau mencuci baju. Jum'at pertama saya di Banyuwangi dihabiskan untuk pergi ke Pantai Bomo, pantai pasir hitam yang berjarak sekitar 3 km dari pondok. Sambil lari pagi kami menikmati keindahan alam di pantai ini. Walaupun secara kualitas masih lebih jauh dibandingkan pantai Trikora atau pantai lain di Tanjungpinang, setidaknya pantai ini melepas kerinduan saya dengan Tanjungpinang. Setelah asyik berfoto-foto kami sempat wisata kuliner ke warung yang disekitar pantai. Harga makanan disini cukup murah, dengan 40 ribu rupiah anda bisa merasakan kelezatan cumi-cumi bakar bersama rekan-rekan anda. Berikut galeri yang sempat kami rekam.


Kamis, 22 September 2011

Pertemuan Rasulullah SAW dengan Iblis

dikutip dari apakabardunia.com

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku."
Nabi: "Itu Iblis, laknat Allah bersamanya."

Umar ingin membunuhnya.

Nabi: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."

Ibnu Abbas RA : pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Elegi Seorang Pengajar (1)


“Apapun yang terjadi, jangan tinggalkan mengajar”
KH. Imam Zarkasy

Menjadi pengajar merupakan suatu pekerjaan yang mulia. Tugas seorang guru menyerupai tugas seorang nabi, menyampaikan yang haq, meng-islah yang batil, menerangi kegelapan dengan nuur ilmu.

Menjadi pengajar bukan sebuah profesi, tapi sebuah panggilan, amal dan investasi. Seorang pengajar yang besar bukanlah seorang pengajar yang sehari-harinya mengajar di sekolah-sekolah elit. Seorang pengajar yang besar adalah seorang pengajar yang mau menghabiskan waktunya mengajar di sebuah surau kecil di tengah hutan belantara dengan ikhlas.

Berbahagialah anda wahai pengajar!

Tapi, mengajar butuh perjuangan, pengorbanan, dan usaha tentunya.

Itulah sang pengajar, semoga saya termasuk salah seorang diantara mereka. Amin.

Sabtu, 17 September 2011

Liburan De Journal

Liburan telah usai. Banyak kenangan yang terpahat di memori, banyak arti yang melekat dalam hati, banyak rasa yang memenuhi sanubari, banyak mimpi yang dating di akhir hari, yang akan menjadi kisah klasik di masa nanti.

Liburan kali ini dimulai pada tanggal 11 Agustus, tepat setelah pengumuman kelulusan studi saya di pondok tercinta. Sebelum pulang saya sempatkan menjenguk adik saya yang di pondok putri, hitung-hitung sambil nyuci mata mencuri-curi pandang ke gerombolan santriwati yang manis-manis. Selepas itu saya, ibu saya dan abang saya berangkat ke Solo, karena pesawat Solo-Jakarta-Tanjungpinang akan terbang pada tanggal 13 Agustus. Saya sempat singgah dulu ke Pasar Klewer, pasarnya batik yang terkenal di Solo. Kalau anda ke Solo, sempatkanlah mengunjungi Pasar Klewer, dimana batik-batik bagus dijual dengan harga yang terjangkau. Saran saya, sebelum anda membeli pastikan anda menawar 50% dari harga yang diberikan terlebih dahulu, setidak-tidaknya anda bisa mendapatkan diskon sebesar 20% nantinya. Juga bagi anda yang ingin berbelanja grosir, tempat ini adalah istananya. Semakin banyak anda membeli, semakin banyak anda mendapat diskon(maaf kalau kedengarannya saya malah seperti agen promosi pariwisata).

Namanya MIA

2 tahun lalu, di suatu sore lebaran saya sekeluarga berkunjung ke rumah saudari saya yang biasanya mengantarkan anak-anak Tanjungpinang ke sebuah pondok tahfiz di Jombang. Setelah duduk sebentar, ada tamu lain yang datang, “Assalamu’alaikum”. Saya tidak memperhatikan siapa yang datang karena sudah terlalu capek keliling ke rumah-rumah saudari. “Kalau Mia masih di pondok, sekarang alhamdulillah sudah hafal lima juz”, sayup-sayup saya mendengar suara ibu saya dan seorang ibu yang baru datang. Saya penasaran, ternyata ada juga saudari saya yang masuk pondok. Akhirnya saya menoleh sekedar ingin tahu siapa tamu ini. Tamu itu empat orang, seorang ibu yang tadi bicara dengan ibu saya, seorang anak laki-laki SMA, seorang remaja putri berkerudung yang seumuran dengan abang saya, dan… seorang remaja putri berkerudung yang sedang tersipu manis mendengar namanya disebut oleh ibunya. “Kalau Mia ni seumuran Zul lah”, kata ibunya lagi. Secara otomatis remaja putri yang namanya Mia tadi melihat kearah saya. Secara tidak sengaja pandangan saya juga sedang mengararh ke arahnya. Dan diapun tersenyum begitu manisnya. Saya bingung mau berbuat apa. Sayapun hanya bisa membalas senyumnya dengan kikuk.

Sebenarnya itu bukan pertemuan pertama kali saya dengan Mia. Pagi harinya sebenarnya saya sudah sempat bertemu dengan keluarganya di rumah saudara saya yang lain. Tapi saat itu keluarga saya datang, dan keluarganya pergi. Saat itu saya tidak memperhatikan sama sekali kalau itulah Mia.